MAKALAH PERKEMBANGAN PENDUDUK INDONESIA
DISUSUN OLEH :
WISNU ARIO NEGORO
TEORI
LINGKUNGAN
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2017/2018
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2017/2018
KATA
PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih
lagi Maha Panyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya,
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah tentang perkembangan penduduk Indonesia.
Makalah ilmiah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah tentang perkembangan penduduk Indonesia ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Makalah ilmiah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah tentang perkembangan penduduk Indonesia ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
B. Rumusan
Masalah
C.
Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A.
Landasan
Teori
1.
Perkembangan Penduduk
Indonesia
2.
Pertambahan Penduduk
& Lingkungan Pemukiman
3.
Pertumbuhan Penduduk
& Tingkat Pendidikan
4.
Pertumbuhan Penduduk
& Penyakit Berkaitan Dengan Lingkungan Hidup
5.
Pertumbuhan Penduduk
& Kelaparan
6.
Kemiskinan &
Keterlambatan
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk
adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu
dibandingkan waktu sebelumnya Adapun faktor - faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan penduduk adalah kelahiran, kematian, dan perpindahan penduduk.
Kelahiran dan kematian dinamakan faktor alami sedangkan perpindahan penduduk adalah
faktor non alami. Migrasi ada dua yaitu migrasi masuk yang artinya menambah
jumlah penduduk sedangkan migrasi keluar adalah mengurangi jumlah penduduk.
Migrasi itu biasa terjadi karena pada tempat orang itu tinggal kurang ada
fasilitas yang memadai. Selain itu juga kebanyakan kurangnya lapangan kerja.
Maka dari itu banyaklah orang yang melakukan migrasi. Sehingga dalam masalah
ini ,maka penduduk akan dihadapi dengan masalah lingkungan hidup, pertumbuhan
penduduk dan kelaparan, serta kemiskinan dan keterbelakangan. Dari hasil sensus
penduduk tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia adalah 289,4 juta. Berarti
Indonesia termasuk negara terbesar ke tiga di antara negara-negara yang sedang
berkembang setelah Cina dan India.Dibanding dengan jumlah sensus tahun 1990
maka akan terlihat peningkatan penduduk Indonesia rata-rata 1,98% pertahun.
Berdasarkan hasil proyeksi penduduk, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2015
sebanyak 315,3 juta jiwa.
Bila
dilihat dari luas wilayah pada peta penyebaran penduduknya terlihat tidak
merata di 34 propinsi. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 1990 sekitar 60%
penduduk tinggal di pulau Jawa, padahal luas pulau Jawa hanya 7% dari luas
wilayah Indonesia. Dilain pihak pulau Kalimantan yang luas wilayahnya hanya
ditempati oleh 5% dari jumlah penduduknya. Kondisi tersebut menunjukan bahwa
kepadatan penduduk Indonesia tidak seimbang. Kondisi tersebut memerlukan upaya
pemerataan dan upaya tersebut telah dilaksanakan melalui program transmigrasi
dan gerakan kembali ke Desa. Dilihat dari tingkat pertambahan penduduknya
Indonesia masih tergolong tinggi, hal ini bila tidak diupayakan pengendalianya
akan menimbulkan banyak masalah.
Di
Indonesia dari tingkat partisipasi anak usia sekolah baru mencapai 53% meskipun
wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun telah dicanangkan oleh pemerintah.
Dibanding negara tetangga, tingkat partisipasi pendidikan kita tergolong
rendah. Hongkong misalnya tahun 1995 telah mencapai 95%, Korea Selatan 88% dan
Singapura telah mencapai 95 %. Masalah-masalah lain seperti ketenagakerjaan 77%
angkatan kerja masih berpendidikan rendah. Dampaknya terhadap pendapatan
perkapita yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap kualitas hidup. Juga
terhadap kehidupan rumah tangga seperti perceraian dan perkawinan yang akan berpengaruh
terhadap angka kelahiran dan kematian yang dalam banyak hal dijadikan indikator
bagi kesejahteraan suatu negara.
Nampaknya
sederhana, tetapi harus diingat bahwa manusia adalah sebagai subjek tetapi juga
sekaligus objek pembangunan sehingga bila tidak diantisipasi mungkin pada
gilirannnya akan berakibat ketidakstabilan atau kerapuhan suatu negara.
Permasalahan Penduduk (Kuantitas dan Kualitas) : Pembangunan suatu bangsa
berkaitan erat dengan permasalahan kependudukannya. Suatu pembangunan dapat
berhasil jika didukung oleh subjek pembangunan, yakni penduduk yang memiliki
kualitas dan kuantitas yang memadai.
B. Rumusan Masalah
7.
Perkembangan Penduduk
Indonesia
8.
Pertambahan Penduduk
& Lingkungan Pemukiman
9.
Pertumbuhan Penduduk
& Tingkat Pendidikan
10.
Pertumbuhan Penduduk
& Penyakit Berkaitan Dengan Lingkungan Hidup
11.
Pertumbuhan Penduduk
& Kelaparan
12.
Kemiskinan &
Keterlambatan
C.
Tujuan
1.
Mengetahui Perkembangan
Penduduk Indonesia
2.
Mengetahui Pertambahan
Penduduk & Lingkungan Pemukiman
3.
Mengetahui Pertumbuhan
Penduduk & Tingkat Pendidikan
4.
Mengetahui Pertumbuhan
Penduduk & Penyakit Berkaitan Dengan Lingkungan Hidup
5.
Mengetahui Pertumbuhan Penduduk
& Kelaparan
6.
Mengetahui Kemiskinan
& Keterlambatan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Landasan Teori
1. Perkembangan
Penduduk Indonesia
Pertumbuhan
penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu
tertentu dibandingkan waktu sebelumnya Adapun faktor - faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan penduduk adalah kelahiran, kematian, dan perpindahan penduduk.
Kelahiran dan kematian dinamakan faktor alami sedangkan perpindahan penduduk
adalah faktor non alami. Migrasi ada dua yaitu migrasi masuk yang artinya
menambah jumlah penduduk sedangkan migrasi keluar adalah mengurangi jumlah
penduduk. Migrasi itu biasa terjadi karena pada tempat orang itu tinggal kurang
ada fasilitas yang memadai. Selain itu juga kebanyakan kurangnya lapangan
kerja. Maka dari itu banyaklah orang yang melakukan migrasi. Sehingga dalam
masalah ini ,maka penduduk akan dihadapi dengan masalah lingkungan hidup,
pertumbuhan penduduk dan kelaparan, serta kemiskinan dan keterbelakangan. Dari
hasil sensus penduduk tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia adalah 289,4 juta.
Berarti Indonesia termasuk negara terbesar ke tiga di antara negara-negara yang
sedang berkembang setelah Cina dan India.Dibanding dengan jumlah sensus tahun
1990 maka akan terlihat peningkatan penduduk Indonesia rata-rata 1,98%
pertahun. Berdasarkan hasil proyeksi penduduk, jumlah penduduk Indonesia pada
tahun 2015 sebanyak 315,3 juta jiwa.
Bila dilihat dari luas wilayah pada peta
penyebaran penduduknya terlihat tidak merata di 34 propinsi. Berdasarkan hasil
sensus penduduk tahun 1990 sekitar 60% penduduk tinggal di pulau Jawa, padahal
luas pulau Jawa hanya 7% dari luas wilayah Indonesia. Dilain pihak pulau
Kalimantan yang luas wilayahnya hanya ditempati oleh 5% dari jumlah
penduduknya. Kondisi tersebut menunjukan bahwa kepadatan penduduk Indonesia
tidak seimbang. Kondisi tersebut memerlukan upaya pemerataan dan upaya tersebut
telah dilaksanakan melalui program transmigrasi dan gerakan kembali ke Desa.
Dilihat dari tingkat pertambahan penduduknya Indonesia masih tergolong tinggi,
hal ini bila tidak diupayakan pengendalianya akan menimbulkan banyak masalah.
Di Indonesia dari tingkat partisipasi
anak usia sekolah baru mencapai 53% meskipun wajib belajar pendidikan dasar 9
tahun telah dicanangkan oleh pemerintah. Dibanding negara tetangga, tingkat
partisipasi pendidikan kita tergolong rendah. Hongkong misalnya tahun 1995
telah mencapai 95%, Korea Selatan 88% dan Singapura telah mencapai 95 %.
Masalah-masalah lain seperti ketenagakerjaan 77% angkatan kerja masih
berpendidikan rendah. Dampaknya terhadap pendapatan perkapita yang pada
gilirannya akan berpengaruh terhadap kualitas hidup. Juga terhadap kehidupan
rumah tangga seperti perceraian dan perkawinan yang akan berpengaruh terhadap
angka kelahiran dan kematian yang dalam banyak hal dijadikan indikator bagi
kesejahteraan suatu negara.
Nampaknya sederhana, tetapi harus diingat bahwa manusia adalah
sebagai subjek tetapi juga sekaligus objek pembangunan sehingga bila tidak
diantisipasi mungkin pada gilirannnya akan berakibat ketidakstabilan atau
kerapuhan suatu negara. Permasalahan Penduduk (Kuantitas dan Kualitas) :
Pembangunan suatu bangsa berkaitan erat dengan permasalahan kependudukannya.
Suatu pembangunan dapat berhasil jika didukung oleh subjek pembangunan, yakni
penduduk yang memiliki kualitas dan kuantitas yang memadai.
2.
Pertambahan Penduduk & Lingkungan Pemukiman
Pertumbuhan
penduduk yang terjadi di indonesia yang terus bertambah tiap tahunnya tanpa
adanya penanganaan dari pemerintah telah menyebabkan beberapa dampak yang
menghawatirkan karena minimnya lingkungan hidup yang dapat ada hasil yang
terjadi akibat dari hal tersebut muculnya pemukiman pemukiman liar yang ada
dimana mana seperti pada gambar berikut ini. Dampak lingkungan tempat tinggal
liar seperti ini hanya akan menyebabkan rusaknya lingkungan hidup di sekitarnya
yang menyebakan tumbuhnya wabah penyakit. Dengan kepadatan penduduk DKI
Jakarta tertinggi dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia,dimanatahun
2012 kepadatan penduduk di provinsi DKI Jakarta adalah sebesar
14.996 jiwa per Km2 apabila dibandingkan tahun 2011 yaitu 14.739
jiwa per Km2maka terjadi peningkatan rata-rata sebesar 257jiwa per Km2.
Maka
air merupakan salah satu kebutuhan yang cukup vital dalam kehidupan setiap
makhluk hidup termasuk manusia/penduduk. Pertumbuhan penduduk yang pesat dan
meningkatnya aktivitas serta derajat kehidupan di DKI Jakarta harus diikuti
oleh pemenuhan kebutuhan terhadap air bersih.Kegunaan air bersih bagi manusia
dan sebagian besar penduduk terutama untuk kepentingan rumah tangga, industri,
pertanian dan lainnya. Sungai Ciliwung dan Sungai Cisadane adalah sungai yang
mengalir di DKI Jakarta, bersama 11 sungai lainnya.
Sebagian
dari 13 sungai tersebut diolah oleh PDAM untuk dialirkan ke rumah tangga,
perusahaan dan tempat-tempat umum lainnya. Sumber air dan badan-badan air di
DKI Jakarta dinilai telah tercemar untuk kebutuhan air bersih dan
kontinuitasnya juga kurang terjamin. Pada musim kemarau debit air yang mengalir
terlalu kecil bahkan cenderung kotor. Sedangkan pada musim hujan, air melimpah
sering tidak tertampung dan mengakibatkan pipa saluran air bersih pecah dan
bocor, sehingga menimbulkan banjir.
Dampak
lingkungan yang terjadi dalam hal ini tidak jauh karena faktor ekonomi yang
sangat memprihatinkan karena banyaknya pengangguran yang ada di indonesia serta
mahalnya harga sebuah tempat bagi mereka yang tidak mampu serta dari pola pikir
kebanyakan orang yang tidak tinggal di pinggiran sungai ini tidak pernah
memikiran biaya serta kebutuhan mereka sebagai manusia dengan hidup dengan
berpedoman KB (keluarga berencana) yang hanya memiliki 2 anak, mereka hanya memikirkan
tentang kehidupan mereka sendiri tanpa melihat dampak yang akan terus
berkelanjutan apabila kebanyakan penduduk terus seperti ini.
Berdasarkan
tabel ini pertumbuhan penduduk dari tiap tahun terus bertambah dan hanya
memliki penurunan sedikit dari hasil yang terus seperti ini hanya akan
menimbulkan dampak lingkungan dan pemukiman yang semakin tidak terkontrol,
seharusnya dari pemerintahan sesegera melakukan penertiban lingkungan dengan
cara yang sangat efektif dan hal ini sudah dilakukan di banyak negara seperti
cina yang mealokasikan sebuah tempat tinggal sebuah rumah susun (Rusun) karena
metode ini merupakan metode yang paling efektif untuk menyusun sebuah tata
letak sebuah pemukiman yang lebih baik dibandingkan tempat tinggal yang tidak
karuan yang berada di pinggiran sungai yang sangat berbahaya apabila
rumah-rumah tersebut rubuh karena faktor cuaca angin atau sebuah gempa yang
sedang melanda.
3.
Pertumbuhan Penduduk & Tingkat Pendidikan
Pertumbuhan
penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu
tertentu dibandingkan waktu sebelumnya. Misalnya pertumbuhan penduduk Indonesia
dari tahun 1995 ke tahun 2000 adalah perubahan jumlah penduduk Indonesia dari
tahun 1995 sampai 2000. Selain merupakan sasaran pembangunan, penduduk juga
merupakan pelaku pembangunan. Maka kualitas penduduk yang tinggi akan lebih
menunjang laju pembangunan ekonomi. Usaha yang dapat dilakukan adalah
meningkatkan kualitas penduduk melalui fasilitas pendidikan, perluasan lapangan
pekerjaan dan penundaan usia kawin pertama.
Di
negara-negara yang anggaran pendidikannya paling rendah, biasanya menunjukkan
angka kelahiran yang tinggi. Tidak hanya persediaan dana yang kurang, tetapi
komposisi usia secara piramida pada penduduk yang berkembang dengan cepat juga
berakibat bahwa rasio antara guru yang terlatih dan jumlah anak usia sekolah
akan terus berkurang. Akibatnya, banyak negara yang sebelumnya mengarahkan
perhatian terhadap pendidikan universitas, secara diam-diam mengalihkan
sasarannya.Helen Callaway, seorang ahli antropologi Amerika yang mempelajari
masayakat buta huruf, menyimpulkan bahwa perkembangan ekonomi dan perluasan
pendidikan dasar telah memperluas jurang pemisah antara pria dan wanita. Hampir
di mana-mana pria diberikan prioritas untuk pendidikan umum dan latihan-latihan
teknis. Mereka adalah orang-orang yang mampu menghadapi tantangan-tantangan
dalam dunia. Sebaliknya pengetahuan dunia ditekan secara tajam pada tingkat yang
terbawah.
Pertambahan
penduduk yang cepat, lepas daripada pengaruhnya terhadap kualitas dan kuantitas
pendidikan, cenderung untuk menghambat perimbangan pendidikan. Kekurangan
fasilitas pendidikan menghambat program persamaan/perimbangan antara laki-laki dan
wanita, pedesaan dan kota, dan antara bagian masyarakat yang kaya dan miskin. Pengaruh
daripada dinamika penduduk terhadap pendidikan juga dirasakan pada keluarga.
Penelitian yang dilakukan pada beberapa negara dengan latar belakang budaya
yang berlainan menunjukkan bahwa jika digabungkan dengan kemiskinan, keluarga
dengan jumlah anak banyak dan jarak kehamilan yang dekat, menghambat
perkembangan berfikir anak-anak, berbicara dan kemauannya, di samping kesehatan
dan perkembangan fisiknya. Kesulitan orang tua dalam membiayai anak-anak yang
banyak, lebih mempersulit masalah ini.
Pertambahan
penduduk yang cepat menghambat program-program perluasan pendidikan, juga
mengarah pada aptisme di dunia yang kesulitan untuk mengatasinya. Tingkat
pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat
perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang
dikembangkan (UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab I, Pasal I ayat 8). Jalur pendidikan
terdiri atas pendidikan formal, non formal, dan informal yang dapat saling
melengkapi dan memperkaya. Jenjang pendidikan formal terdiri atas jenjang
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Sebagai persiapan
untuk memasuki pendidikan dasar diselenggarakan kelompok belajar yang disebut
pendidikan prasekolah. Pendidikan prasekolah belum termasuk jenjang pendidikan
formal, tetapi baru merupakan kelompok sepermainan yang menjembatani anak
antara kehidupannya dalam keluarga dengan sekolah.
Tingkat Pendidikan
Dasar
Pendidikan
dasar diselenggarakan untuk memberikan bekal dasar yang diperlukan untuk hidup
dalam masyarakat berupa pengembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan
menengah. Oleh karena itu pendidikan dasar menyediakan kesempatan bagi seluruh
warga negara untuk memperoleh pendidikan yang bersifat dasar yang berbentuk
Sekolah Dasar (SD) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah
Pertama (SMP) atau bentuk lain yang sederajat. UU RI No. 20 Tahun 2003
menyatakan dasar dan wajib belajar pada Pasal 6 Ayat 1 bahwa, “Setiap warga
negara yang berusia 7 sampai dengan 15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar.
Tingkat Pendidikan
Menengah
Pendidikan
menengah yang lamanya tiga tahun sesudah pendidikan dasar, di selenggarakan di
SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas) atau satuan pendidikan yang sederajat.
Pendidikan menengah dalam hubungan ke bawah berfungsi sebagai lanjutan dan
perluasan pendidikan dasar, dalam hubungan ke atas mempersiapkan peserta didik
untuk mengikuti pendidikan tinggi ataupun memasuki lapangan kerja. Pendidikan
menengah terdiri atas pendidikan menengah umum, pendidikan menengah kejuruan,
dan pendidikan menengah luar biasa, pendidikan menengah kedinasan dan
pendidikan menengah keagamaan (UU No. 20 Tahun 2003 Bab VI Pasal 18 Ayat 1-3)
Tingkat Pendidikan
Tinggi
Pendidikan
tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah, yang diselenggarakan untuk
menyiapkan peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan akademik dan/atau profesional yang yang dapat menerapkan,
mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau
kesenian. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut lembaga pendidikan tinggi
melaksanakan misi “Tridharma” pendidikan tinggi yang meliputi pendidikan,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dalam ruang lingkup tanah air
Indonesia sebagai kesatuan wilayah pendidikan nasional.
Pendidikan
tinggi juga berfungsi sebagai jembatan antara pengembangan bangsa dan
kebudayaan nasional dengan perkembangan internasional. Untuk itu dengan tujuan
kepentingan nasional, pendidikan tinggi secara terbuka dan selektif mengikuti
perkembangan kebudayaan yang terjadi di luar Indonesia untuk di ambil
manfaatnya bagi pengembangan bangsa dan kebudayaan nasional. Untuk dapat
mencapai dan kebebasan akademik, melaksanakan misinya, pada lembaga pendidikan
tinggi berlaku kebebasan mimbar akademik serta otonomi keilmuan dan otonomi
dalam pengolaan lembaganya.
Satuan
pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi di sebut perguruan tinggi
yang dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, dan
universitas. Akademi merupakan perguruan tinggi yang menyelenggaran pendidikan
terapan dalam suatu cabang atau sebagian cabang ilmu pengetahuan teknologi dan
kesenian tertentu. Politeknik merupakan perguruan tinggi yang menyelenggarakan
pendidikan terapan dalam sejumlah bidang pengetahuan khusus. Sekolah tinggi
ialah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau
profesional dalam satu disiplin ilmu atau bidang tertentu.
Institut
ialah perguruan tinggi terdiri atas sejumlah fakultas yang menyelenggarakan
pendidikan akademik dan/atau profesional dalam sekelompok disiplin ilmu yang
sejenis. Universitas ialah perguruan tinggi yang terdiri atas sejumlah fakultas
yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau profesional dalan
sejumlah disiplin ilmu tertentu. Pendidikan yang bersifat akademik dan
pendidikan profesional memusatkan perhatian terutama pada usaha penerusan,
pelestarian, dan pengembangan peradaban, ilmu, dan teknologi, sedangkan
pendidikan yang bersifat profesional memusatkan perhatian pada usaha peradaban
serta penerapan ilmu dan teknologi.
Dalam
rangka pengembangan diri, bangsa, dan negara. Output pendidikan tinggi
diharapkan dapat mengisi kebutuhan yang beraneka ragam dalam masyarakat. Dari
segi peserta didik kenyataan menunjukkan bahwa minat dan bakat mereka beraneka
ragam. Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka perguruan tinggi di susun dalam
multistrata. Suatu perguruan tinggi dapat menyelenggarakan gerakan satu strata
atau lebih. Strata dimaksud terdiri dari S0 (non strata) atau program diploma,
lama belajarnya 2 tahun (D2) atau tiga tahun (D3), juga program nongelar. S1
(program strata satu), lama belajarnya empat tahun, dengan gelar sarjana, S2
(Program strata dua) atau program pasca sarjana, lama belajarnya dua tahun
sesudah S1, dengan gelar magister, S3 (program strata tiga atau program
doctor), lama belajarnya tiga tahun sesudah S2, dengan gelar doktor.
Program
diploma atau program nongelar memberi tekanan pada aspek praktis profesional
sedangkan program gelar memberi tekanan pada aspek ataupun aspek akademik profesional.
Disamping program diploma dan program sarjana, pendidikan tinggi (dalam hal ini
LPTK atau Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) dapat juga menyelenggarakan
program Akta mengajar yaitu Akta III, Akta IV, dan Akta V. Program ini diadakan
untuk melayani kebutuhan akan tenaga mengajar di satu sisi dan pada sisi yang
lain untuk melindungi profesi guru (tenaga kependidikan). Dengan ini
dimaksudkan bahwa seorang hanya dianggap sah memiliki kewenangan mengajar
jika memiliki sertifikat atau akta mengajar, Program Akta Mengajar merupakan
program paket kependidikan sebesar 20 SKS atau untuk lama studi satu semester
(6 bulan) bagi masing-masing jenjang Akta.
4.
Pertumbuhan
Penduduk & Penyakit Berkaitan Dengan Lingkungan Hidup
Pertumbuhan
penduduk adalah perubahan jumlah penduduk baik pertambahan maupun penurunannya.
Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk adalah kelahiran,
kematian, dan perpindahan penduduk. Kelahiran dan kematian dinamakan faktor
alami sedangkan perpindahan penduduk adalah faktor non alami. Migrasi ada dua
yaitu migrasi masuk yang artinya menambah jumlah penduduk sedangkan migrasi
keluar adalah mengurangi jumlah penduduk. Migrasi itu biasa terjadi karena pada
tempat orang itu tinggal kurang ada fasilitas yang memadai. Selain itu juga
kebanyakan kurangnya lapangan kerja. Maka dari itu banyak orang yang melakukan
migrasi. Karena itulah penduduk tidak akan jauh dengan masalah kesehatan
atau penyakit yang melanda penduduk tersebut, dikarenakan lingkungan yang
kurang terawat ataupun pemukiman yang kumuh,seperti limbah pabrik,selokan yang
tidak terawat yang menyebabkan segala penyakit akan melanda para penghuni
wilayah tersebut yang mengakibatkan kematian dan terjadi pengurangan jumlah
penduduk. Untuk menjamin kesehatan bagi semua orang di lingkunan yang sehat,
perlu jauh lebih banyak dari pada hanya penggunaan teknologi medikal, atau
usaha sendiri dalam semua sektor kesehatan.
Usaha-usaha
secara terintegrasi dari semua sektor, termasuk organisasi organisasi,
individu-individu, dan masyarakat, diperlukan untuk pengembangan pembangunan
sosio-ekonomi yang berkelanjutan dan manusiawi, menjamin dasar lingkungan hidup
dalam menyelesaikan masalah-masalah kesehatan. Seperti semua makhluk
hidup, manusia juga bergantung pada lingkungannya untuk memenuhi
keperluan-keperluan kesehatan dan kelangsungan hidup. Kesehatanlah yang rugi
apabila lingkungan tidak lagi memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia akan
makanan, air, sanitasi, dan tempat perlindungan yang cukup dan aman- karena
kurangnya sumber-sumber atau distribusi yang tidak merata. Kesehatanlah
yang rugi apabila orang-orang menghadapi unsur-unsur lingkungan yang tidak
ramah- seperti binatang-binatang mikro, bahan-bahan beracun, musuh bersenjata
atau supir-supir yang mabuk. Kesehatan manusia adalah keperluan dasar untuk
pembangunan berkelanjutan. Tanpa kesehatan, manusia tidak dapat membangun apa
pun, tidak dapat menentang kemiskinan, atau melestarikan lingkungan hidupnya.
Sebaliknya, pelestarian lingkungan hidup merupakan hal pokok untuk
kesejahteraan manusia dan proses pembangunan. Lingkungan yang sehat
menghasilkan masyarakat yang sehat, sebaliknya lingkungan yang tidak sehat
menyebabkan banyak penyakit.
Kemampuan
manusia untuk mengubah atau memoditifikasi kualitas lingkungannya tergantung
sekali pada taraf sosial budayanya. Masyarakat yang masih primitif hanya mampu
membuka hutan secukupnya untuk memberi perlindungan pada masyarakat. Sebaliknya,
masyarakat yang sudah maju sosial budayanya dapat mengubah lingkungan hidup
sampai taraf yang irreversible. Prilaku masyarakat ini menentukan gaya hidup
tersendiri yang akan menciptakan lingkungan yang sesuai dengan yang
diinginkannya mengakibatkan timbulnya penyakit juga sesuai
dengan prilakunya tadi. Dengan demikian eratlah hubungan antara kesehatan
dengan sumber daya social ekonomi. WHO menyatakan “Kesehatan adalah suatu
keadaan sehat yang utuh secara fisik, mental dan social serta bukan hanya merupakan
bebas dari penyakit”.Dalam Undang Undang No. 9 Tahun 1960 tentang Pokok- Pokok
Kesehatan. Dalam Bab 1,Pasal 2 dinyatakan bahwa “Kesehatan adalah meliputi
kesehatan badan (somatik),rohani (jiwa) dan sosial dan bukan hanya deadaan yang
bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan”.
Definisi
ini memberi arti yang sangat luas pada kata kesehatan. Keadaan kesehatan
lingkungan di Indonesia masih merupakan hal yang perlu mendapaat
perhatian, karena menyebabkan status kesehatan masyarakat berubah seperti:
Peledakan penduduk, penyediaan air bersih, pengolalaan sampah,pembuangan air
limbah penggunaan pestisida, masalah gizi, masalah pemukiman, pelayanan
kesehatan, ketersediaan obat, populasi udara, abrasi pantai,penggundulan hutan
dan banyak lagi permasalahan yang dapat menimbulkan satu model penyakit.
Jumlah penduduk yang sangat besar 19.000 juta harus benar-benar ditangani
masalah.pemukiman sangat penting diperhatikan. Pada saat ini pembangunan di
sektor perumahan sangat berkembang, karena kebutuhan yang utama bagi
masyarakat. Perumahan juga harus memenuhi syarat bagi kesehatan baik ditinjau
dari segi bangungan, drainase, pengadaan air bersih, pentagonal sampah domestik
uang dapat menimbulkan penyakit infeksi dan ventilasi untuk pembangunan asap
dapur.
Indonesia
saat ini mengalami transisi dapat terlihat dari perombakan struktur ekonomi
menuju ekonomi industri, pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi yang
meningkatkan jumlahnya, maka berubahlah beberapa indikator kesehatan seperti
penurunan angka kematian ibu, meningkatnya angka harapan hidup (63 tahun) dan
status gizi. Jumlah penduduk terus bertambah, cara bercocok tanam tradisional
tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Dengan kemampuan daya
pikir manusia, maka manusia mulai menemukan mesin-mesin yang dapat bekerja
lebih cepat dan efisiensi dari tenaga manusia.
5. Pertumbuhan
Penduduk & Kelaparan
Macam-macam
pertumbuhan penduduk yaitu pertumbuhan secara alami, migrasi, dan total. Pertumbuhan
penduduk alami adalah pertumbuhan penduduk yang diperoleh dari selisih
kelahiran dan kematian. Pertumbuhan penduduk migrasi adalah pertumbuhan
penduduk yang diperoleh dari selisih migrasi masuk dan migrasi keluar.
Pertumbuhan penduduk total adalah pertumbuhan penduduk yang disebabkan oleh
faktor kelahiran, kematian, dan migrasi. Dampak pertumbuhan penduduk di suatu
negara sangat banyak dan bermacam-macam. Dampak pertumbuhan penduduk ini sangat
merugikan keberlangsungan makhluk hidup dan apabila tidak ada
pencegahan dari pertumbuhan penduduk ini, maka akan semakin banyak dampak dan
membuat keberlangsungan hidup suatu negara tidak lagi nyaman untuk ditinggali.
Dampak
dari pertumbuhan penduduk yaitu lahan tempat tinggal dan bercocok tanam
berkurang, semakin banyaknya polusi dan limbah yang berasal dari rumah tangga,
pabrik, perusahaan, industri, peternakan, dll. Angka pengangguran dan
kemiskinan meningkat. Angka kesehatan dan kecukupan gizi masyarakat
menurun sehingga dapat menimbulkan penyakit baru. Pembangunan daerah semakin
dituntut banyak. Ketersediaan pangan sulit. Pemerintah harus membuat kebijakan
yang rumit. Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung,
pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat
pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan
pekerjaan.
Kemiskinan
merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif
dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan
evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah
mapan, dll. Kemiskinan berkaitan erat dengan askes pelayanan kesehatan,
pemenuhan kebutuhan gisi dan kalori. Dengan demikian penyakit masyarakat
umumnya berkaitan dengan penyakit menular, seperti diare, penyakit lever, TBC
dll. Juga penyakit kekurangan gizi termasuk busung lapar, anemi terutama pada
bayi, anak-anak dan ibu hamil.
Kematian
adalah konsekuensi dari penyakit yang ditimbulkan karena kemiskinan ini.
(kekurangan gisi menyebabkan rentan terhadap infeksi). Baik itu kematian bayi
baru lahir (neonatal, kematian balita, kematian dewasa). Kaitan penduduk,
kemiskinan, kesejahteraan dan komponen demografi seperti fertilitas,
mortalitas, morbiditas, migrasi, ketenagakerjaan, perkawinan, dan aspek
keluarga dan rumah tangga. Pengetahuan tentang aspek demografi akan membantu
para policy makers dan perencana program untuk dapat membuat kebijakan yang
tepat sasaran serta mengembangkan program yang tepat.
Penyebab
kemiskinan dan keterbelakangan banyak dihubungkan dengan individu seseorang
atau patologis, keluarga, sub budaya, agensi dan struktural. Penyebab
individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari
perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin. Contoh dari perilaku dan
pilihan adalah penggunaan keuangan tidak mengukur pemasukan. Penyebab keluarga,
yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga. Penyebab keluarga
juga dapat berupa jumlah anggota keluarga yang tidak sebanding dengan pemasukan
keuangan keluarga. Keluarga mempunyai tanggung jawab terhadap pemenuhan
kebutuhan pelayanan dasar (pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup dlll).
Perlu pemberdayaan keluarga. Penyebab sub-budaya(subcultural), yang
menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan
dalam lingkungan sekitar.
Individu
atau keluarga yang mudah tergoda dengan keadaan tetangga adalah contohnya.
Penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain,
termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi. Contoh dari aksi orang lain lainnya
adalah gaji atau honor yang dikendalikan oleh orang atau pihak lain. Contoh
lainnya adalah perbudakan. Penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa
kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial. Kelaparan adalah
suatu kondisi di mana tubuh masih membutuhkanmakanan,
biasanya saat perut telah
kosong baik dengan sengaja maupun tidak sengaja untuk waktu yang cukup lama.
Kelaparan adalah bentuk ekstrem darinafsu makan normal.
Istilah ini umumnya digunakan untuk merujuk kepada kondisi kekurangan gizi yang
dialami sekelompok orang dalam jumlah besar untuk jangka waktu yang relatif
lama, biasanya karena kemiskinan, konflik politik,
maupun kekeringan cuaca.
Fakta
mengenai kelaparan yang terjadi di Indonesia adalah tiap hari kurang-lebih
24.000 orang meninggal karena lapar atau hal-hal yang berkenaan dengan
kelaparan. Angka ini telah menurun kalau dibandingkan dengan sepuluh tahun yang
lalu yang berkisar sekitar 35.000 dan 45.000 untuk dua puluh tahun yang lalu.
Tiga perempat dari angka-angka kematian ini adalah anak-anak berumur dibawah
lima tahun. Kini, 10% dari anak-anak di negara berkembang meninggal sebelum
mereka berumur lima tahun. Angka ini menurun 28% dari lima puluh tahun yang
lalu. Kelaparan dan perang menyebabkan hanya 10% kematian karena lapar,
meskipun hal ini merupakan hal yang biasa kita dengar sehari-hari. Kebanyakan
dari kematian karena lapar disebabkan oleh malnutrisi yang kronis akibat dari
(keadaan bahwa) penderita tidak dapat mendapatkan makanan yang cukup. Hal ini
disebabkan oleh kemiskinan yang sangat parah.
Disamping
kematian, malnutrisi juga menyebabkan kerusakan indra penglihatan, kurang
semangat, kelambatan pertumbuhan badan dan meningkatnya kerawanan terhadap
penyakit. Penderita malnutrisi berat tidak berdaya untuk berfungsi melakukan
kegiatan ringan sehari-hari. Diperkiran bahwa didunia ada kira-kira 800 juta
penderita kelaparan dan malnutrisi, yaitu 100 kali lebih banyak dari yang
meninggal karena kelaparan dan malnutrisi itu setiap tahunnya. Pada hakekatnya,
dibutuhkan hanya sedikit bahan dasar saja untuk memungkinkan si miskin
berkesinambungan dalam memproduksi makanan. Termasuk dalam bahan dasar ini
adalah bibit yang berkualitas tinggi, alat-alat yang sesuai dan kemudahan dalam
mendapatkan air. Sekedar peningkatan dalam teknik pertanian dan cara
penyimpanan makanan juga akan menolong. Banyak pakar dalam bidang kelaparan
percaya bahwa pada akhirnya jalan terbaik untuk mengurangi kelaparan adalah
lewat pendidikan. Orang-orang yang berpendidikan adalah bibit yang terbaik
dalam meningkatkan diri dari kemiskinan yang menjadi penyebab kelaparan.
6. Kemiskinan &
Keterlambatan
Salah satu wabah
penyakit yang melanda negara-negara yang sedang berkembang ialah kemiskinan dan
keterbelakangan. Kemiskinan dan keterbelakangan adalah suatu penyakit, karena
dalam kenyataannya dua hal itu melemahkan fisik dan mental manusia yang tentunya
juga berdampak negative terhadap lingkungan. Kemiskinan dan keterbelakangan
begitu erat kaitannya satu sama lain sehingga dapat dianggap sebagai satu
pengertian, maka digunakan satu istilah saja, yaitu kemiskinan di mana sudah
terkait pengertian keterbelakangan.
Dampak kemiskinan
terhadap orang-orang miskin sendiri dan terhadap lingkungannya, baik lingkungan
social maupun lingkungan alam, dengan sendirinya sudah jelas negative. Orang
miskin tidak mampu memenuhi kebutuhan gizi minimal bagi dirinya sendiri maupun
bagi keluarganya. Dampak kemiskinan terhadap lingkungan social
tampakmengalirnya penduduk ke kota-kota tanpa bekal pengetahuan apalagi bekal
materi. Akibatnya antara lain ialah banyaknya tukang becak, pemungut punting,
gelandangan, pengemis, dan sebagainnya yang menghuni kampung-kampung liar dan
jorok di gubuk-gubuk reot yang tidak pantas didiami manusia. Sebab-sebab
kemiskinan yang pokok bersumber dari empat hal, yaitu mentalitas si miskin itu
sendiri, minimnya ketrampilan yang dimilikinya, ketidakmampuannya untuk
memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang disediakan, dan peningkatan jumlah
penduduk yang relatif berlebihan. Kemiskinan dan keterbelakangan merupakan
masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan
komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif,
dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan,dll.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
a. Gambaran
kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari,
sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini
dipsdfgeggahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
b. Gambaran tentang kebutuhan
sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk
berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi.
Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup
masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
c. Gambaran
tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna
"memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik
dan ekonomi di seluruh dunia.
Kartasasmita
mengatakan bahwa kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan yang ditandai
dengan pengangguran dan keterbelakangan, yang kemudian meningkat menjadi
ketimpangan. Masyarakat miskin pada umumnya lemah dalam kemampuan berusaha dan
terbatas aksesnya kepada kegiatan ekonomi sehingga tertinggal jauh dari
masyarakat lainnya yang mempunyai potensi lebih tinggi. Hal tersebut senada
dengan yang dikatakan Friedmann yang mengatakan bahwa kemiskinan sebagai akibat
dari ketidak-samaan kesempatan untuk mengakumulasi basis kekuatan sosial. Namun
menurut Brendley, kemiskinan adalah ketidaksanggupan untuk mendapatkan
barang-barang dan pelayanan-pelayanan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan
sosial yang terbatas. Hal ini diperkuat oleh Salim yang mengatakan bahwa kemiskinan
biasanya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memperoleh kebutuhan
hidup yang pokok. Sedangkan Lavitan mendefinisikan kemiskinan sebagai
kekurangan barang-barang dan pelayanan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu
standar hidup yang layak.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pertumbuhan penduduk mempengaruhi pada
perkembangan sosial dalam masyarakat. Perkembangan sosial seperti seperti
kurangnya pangan, rendahnya pendidikan masyarakat dll. Cara mengatasi
pembludakan pertumbuhan penduduk tersebut adalah dengan Membuat Undang-Undang yang
jelas tentang umur minimum pernikahan, Program KB (keluarga berencana) dan
sosialisasi pada masyarakat. Pertumbuhan penduduk sebuah
desa di pinggiran kota yang menyebabkan banyaknyak urban masuk pada desa yang
telah menimbulkan berbagai persoalan di kawasan itu.
Berbagai persoalan yang muncul antara lain,
tata ruang desa kota yang tidak beraturan, kondisi lingkungan yang merosot,
ketahanan pangan yang terancam, konflik sosial yang cenderung meluas dan
dipertahankan oleh ekslufisitas kelompok di dalam komunitas itu dan ancaman
tidak adanya mekanisme penyelesaian konflik yang baik. Hal tersebut yang
mengakibatkan berbagai persoalan muncul dan cenderung tidak terkendali atas
terbentuknya suatu kawasan desa-kota yang tidak terencana dengan baik. Sebagai
konsekwensi dari meluasnya wilayah-wilayah perkotaan adalah berkembangnya
desa-desa di daerah pinggiran kota menjadi kawasan desa-kota. Fenomena ini
hampir terjadi di berbagai kota di Indonesia dan hingga saat ini tidak ada
suatu sistem perencanaan yang terpadu untuk mengatasi persoalan itu.
B. Saran
Untuk
mengatasi Pertumbuhan penduduk perlu adanya suatu perencanaan kawasan desa-kota
yang menggunakan pendekatan kolaborasi yang memperhatikan kepentingan antar
pihak baik kepentingan kota maupun desa. Di duga, persoalan perencanaan tata
ruang perkotaan selama ini terus-menerus terjadi dan berulang karena bersifat
top down atau mengabaikan aspek partisipasi warga desa dan warga kota. Artinya,
perencanaan suatu wilayah selama ini bersifat sebagai “bahan jadi” yang
harus dilaksanakan oleh para pemangku yang terkait termasuk penduduk setempat.
Padahal suatu perencanaan wilayah tidak akan berjalan dengan baik jika tidak
ada mekanisme pendukungnya.
Pengelolahan bersama diantara perencanaan
wilayah yaitu : pemerintaha daerah yang terkait, para pengembang, DPRD sebagai
wakil aspirasi politik masyarakat dan pemangku-pemangku yang terkait beserta
kelompok-kelompok masyarakat semestinya dilibatkan secara bersama-sama dalam
merencanakan dan menjalankan suatu wilayah pembangunan perkotaan yang
berkelanjutan. Mekanisme kolaborasi ini perlu dilembagakan, seprti dalam suatu
forum perkotaan (urban forum), untuk memperkuat pemerintah daerah dalam
merencanakan perluasan kota.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar